Mengubah keinginan menjadi Passion dalam menulis

Judul                : Mengubah keinginan menjadi Passion dalam Menulis

Resume            : ke-1

Gelombang      : 19 dan 20

Tanggal            : 12 Juli 2021

Tema               :   Menulis menjadi Passion

Narasumber    : Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd


Hari Senin, 12 Juli 2021 adalah hari yang membahagiakan saya dan juga membanggakan. Mengapa? Karena di hari inisaya memberanikan diri untuk mengikuti pelatihan menulis di  PGRI yang memprakasai Pak Wijaya Kusuma yang lebih akrab dipanggil Om Jay.  Siapa yang tidak bahagia ketika kali ke-2 ini saya mencoba untuk merealisasikan keinginan yang sejak duduk di bangku kuliah sampai sekarang? Siapa yang tidak bangga ketika kali ke-2 mengikuti pelatihan menulis ini ditengah-tengah KBM semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022 mulai berjalan, pastinya sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan administrasi, kegiatan-kegiatan daring dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pribadi sebagai ibu dan istri dalam keterbatasan? Saya rasa semua orang pasti bangga dan bahagia ketika Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk membuka peluang keingginan yang terpendam menjadi passion dalam diri untuk menulis.

Bisa menulis untuk menghasilkan karya tulis yang diapresiasi orang lain merupakan anugerah dan nikmat yang luar biasa namun hari ini saya tak mengharapakan dan tak bermimpi, apakah tulisan saya diapresiasi atau bahkan tak dilirik?kenapa? karena untuk mencoba menulis aja beeerattt sekali yang ada hanya didalam fikiran, ingin sekali menuangkan kedalam goresan ketikan ini, tapi ya itu MAGER...inilah yang selama ini menghambat keinginan saya untuk menulis. Menulis bukanlah suatu pekerjaan yang ringan. Saya tidak mengatakan mudah, mengapa? Karena banyak juga penulis-penulis professional yang mengganggap menulis buku itu tidak mudah, terutama untuk menghasilkan buku-buku yang berkualitas. Saya lebih suka memilih menggunakan kata “tidak ringan” karena memang untuk bisa menghasilkan tulisan dalam bentuk satu buku memerlukan kerja keras dan usaha yang tidak ringan. Perlu keseriusan dan kedisiplinan untuk mampu menyelesaikan penulisan buku. Perlu komitmen yang tinggi dan dilandasi rasa suka, senang, dan bahagia ketika menulisnya karena jika ada rasa terpaksa sedikit saja maka pasti bukunya tidak selesai-selesai. Seperti yang terjadi pada saya, malam ini dimulai lembaran baru untuk mengubah keinginan semata menjadi Passion. Bismillah...

Menulis itu harus dilandasi perasaan bahagia, tidak boleh karena terpaksa atau memaksakan diri. Mengapa? Karena menulis itu sebenarnya adalah proses menemukan diri sendiri. Profesi menulis itu sebagai pekerjaan yang mulia, pekerjaan yang dihormati dan dihargai dihalayak ramai atau secara sosial sosial. Alangkah bahagianya seandainya kita mempunyai kemampuan menulis, karena pada dasarnya kemampuan menulis itu sebagai indikator atau jelmaan dari kematangan berfikir kita.Demikianlah yang disampaikan oleh Ibu Kanjeng ( Ibu Sri – seorang penulis, motivator, dll) di pelatihan menulis PGRI tanggal 12 Juli 2021. Setiap orang pasti menginginkan tahu tentang dirinya secara utuh, apa saja potensi dan passionnya dan seberapa besar kemampuannya untuk mewujudkan atau merealisasikan potensi, bakat dan minat dalam dirinya. Di sinilah pentingnya rasa senang dan bahagia dalam proses pencarian jati diri melalui aktivitas menulis. Menulis bukan sekadar menuangkan ide, gagasan, dan pemikiran ke dalam bentuk tulisan, tetapi menulis itu lebih merupakan wujud aktualisasi dan mengekspresikan diri dari seseorang. Sebuah tulisan –walaupun sederhana- berpotensi mampu membangkitkan semangat dan bakat terpendam pembacanya. Sebuah tulisan mampu memiliki energi yang luar biasa yang dapat mendorong ribuan orang untuk mengikuti ide gagasan yang terkandung dalam tulisan tersebut.

Untuk membangun keingininan diri menjadi sebuah Passion buka perkara mudah atau tidak ringan pasti akan banyak menemukan hambatan yang banyak terutama dalam diri penulis itu sendiri, contohnya saya sendiri. Sebenarnya kesempatan untuk berlatih menulis sudah sejak dulu nah 3 bulan yang lalu saya pernah ikuti pelatihan semodel PGRI yang buat sudah ikut selama 7 hari berturut-turut ya itu, ketika mendapatkan tantangan saya mulai banyak menemukan alasan yaa, walaupun saat itu bersamaan dengan kendala covid 19 periode pertama. Nah, ketika saya mulai ikut pelatihan menulis PGRI bersamaan pula dengan meningkatnya covid 19 aku anggap periode ke-2. Yang unik dari pelatihan menulis yang diadakan oleh PGRI ini banyak tantangannya namun indah sekali dalam meleraikan pada seluruh peserta sehingga peserta tak merasa ada kewajiban untuk menulis atau membuat tugas sebagai peserta pelatihan pada umumnya, seprtinya Om Jay dan Tim membaca peluang peserta yang semodel seperti ini, termasuk saya sendiri.

Benar sekali yang dikatakan ibu Sri,”kendala dan hambatan yang sering terjadi diantaranya, tak muncul ide, merasa tak berbakat, tidak suka menulis, dan tak memiliki waktu. Kalau dalam diri saya kendalanya tidak memiliki waktu, muncul idenyanya lama, dan merasa tak berbakat, ( ini ada dalam diri saya sendiri ). Padahal menulis itu suatu keterampilan yang harus dilatih dan dibiasakan- sebenarnya teori menulis sudah saya dapati di bangku kuliah tingkat 1. Yang membuat malas memulai itu karena idenya tak muncul sekalipun dapat ide sepertinya tak layak untuk dibaca halayak ramai. Sepuluh  tahun yang lalu sekitar tahun 2011, saya pernah ditawarkan teman untuk menulis buku pelajaran untuk kelas 5 dan 6, sudah saya buat dengan banyak waktu yang digunakan, jarang bertemu dengan anak-anak di rumah, akhirnya pupus pula tak ada kelanjutannya..sudah sampai tahap pengiriman ke editor namun tak kunjung ada jawaban, polosnya aku ya sudahlah..kuhempaskan semua harapan dan keinginan. Sampai tahun 2020 ini saya malas sekali memulai menulis, tahun 2021 bulan Maret saya ikuti pelatihan menulis ya lagi-lagi saya malas mengerjakan tugas. Saya akui, senang sekali mengikuti pelatihan, seminar, webinar, dan lainnya. Namun kalau sudah mengerjakan tugas mmm...

Dalam menulis dibutuhakan kepercayaan diri, namun karena banyak hambatan, alasan yang muncul akibat yang terjadi pada tahun-tahun lalu, membuat kepercayaan diri saya hilang. Nggk PD. Saya akui PGRI yang diprakasai Om Jay dan Tim, membuat saya melek akan menulis, rasa malu saya kubur dalam-dalam. Mulai saya bertanya teman, bagaimana membuat blog dan diblogg segores pena ini saya membuat tulisan walaupun hanya se-paragraf atau 2 paragraf disinilah saya mendapatkan imun untuk menulis kembali. Saya sudah menulis diblog sebanyak 5 tulisan sesuai kejadian yang saya alami. Intinya saya disiplinkan untuk menulis, apapun pokoknya saya mulai menulis. Kembali kendala yang dapati yaitu, ketika sedang asyik menulis untuk menuangkan ide, datanglah cuitan,ceriwis anak bungsuku yang terus mengelayuti pikiranku, mana yang aku pilih lanjutkan menulis atau bermain bersama anak bungsuku.pilihan sulit bukan? Kembali faktor internal muncul.

Benar sekali, untuk memulai menulis mulai dari diri untuk rajin membaca buku, karena dengan membaca buku maka akan muncul pertanyaan seiring dengan apa yang dibaca. Seperti yang di awal paragraf tulisan ini semua berawal dari kata Why? Mengapa? Bagaimana? Dan seterusnya.Karena, ketika kata Why muncul dalam tulisan akan berkembang kata demi kata, berkembang menjadi sebuah kalimat, dari kalimat berkembang menuju sebuah paragraf dari sebuah paragraf berkembang menjadi lembaran tulisan. Kata bagaimana merupakan rangkaian dari kelanjutan atau solusi dalam membuat sebuah tulisan. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa, ketika menulis diawali kata mengapa dan dilanjutkan dengan Bagaimana menjadi sebuah kebanggaan ketika tulisan sederhana yang kita mulai akhirnya menjadi sebuah bacaan yang sederhana yang dapat dinikmati halayak ramai, melalui blogg yang kita miliki. Maka mulailah membuat tulisan dari kata why dan how.Walaupun pada prinsipnya pertanyaan how merupakan teknis dalam menulis dan jawabannya cenderung mudah dipelajari melalui proses latihan. Dan pertanyaan Why itu lebih pada filosofi dan berhubungan dengan nilai visi dan misi hidup di dunia ini dan dapat dikembangakn secara runtut dan enak dinikmati oleh pembaca ketika kita mau melatih dan mengasahnya secara terus menerus. Dan masih banyak begitu alasan mengapa kita bisa menulis dapat beragam dari sumber-sumber yang lain.

Mengapa banyak beragam alasan kita bisa menulis, yaitu dengan tujuan mendapatkan royalti saat kita menjadi pembicara, kemudian hasil menulis kita diangkat ke layar lebar tentu hal ini dapat menghasilkan banyak uang. Kemudian, supaya bisa eksis memunculkan diri “ ini loh saya bisa menulis”, dan bisa juga mengekspresi personal diri, sebenarnya sudah dilakukan banyak orang dalam menulis lewat status jika dikumpulkan akan menjadi kumpulan tulisan yang beragam, nah ketika orientasi menulis kita untuk mengubah cara berfikir massyarakat atau mengubah peradaban. Hasil tulisan tersebut sangat dahsyat, disinilah peran guru untuk membangun literasi di Sekolah-sekolah, agar dapat mempengaruhi cara berfikir para siswa khususnya apalagi berkembangnya digital yang sangat mumpuni dikalangan para siswa akan menjadi sinergi yang bagus jika para siswa dibekali literasi ini. Selain itu, menulis bisa berorientasi spiritual melalui menasehati diri lewat tulisan terjemahan Al quran, hadist dan dapat mengajak orang lain ini bagian dari tujuan spiritual.

Bagaimana kita bisa membuat buku dan bermanfaat untuk orang lain yaitu dengan bisa menulis, sesuai dengan hadist,  “ Sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat untuk orang lain.” Dan apa yang harus dilakukan pemula seperti saya? Pertama, banyak membaca buku; berapa banyak buku yang sudah dibaca, atau bisa dijadi self remainder “sudahkah kita membaca buku hari ini?” kedua, miliki mentor yang tepat, kenapa?agar tulisan kita nanti dapat terarah dan ada kawan diskusi dalam menulis, ada saran kritikan yang dapat membangun tulisan kita. Ternyata hobi membaca dan merangkum tanpa adanya mentor yang mengawasi kita tak dapat menjadikan tulisan kita penuh makna, dan warna. Ketiga, kita harus mencoba menulis dari apa yang kita lihat dan kita rasakan, jadi yang paling penting berapa sering kita mengamati dilingkungan sekitar kita. Intinya pekakah kita terhadap diri dan lingkungan? Keempat, kita harus bisa mengukur seberapa banyak kita bergaul dari beragam sosial, dari kita bersosialisasi inilah kita bisa mendapatkan ide-ide cemerlang lewat sosialisasi kita. Kemudian, apa yang harus kita siapkan untuk menulis? Menggali dan menemukan ide, menentukan tujuan, genre, dan segmen pembaca, menentukan topik, membuat outline ( kerangka), dan mengumpulkan bahan materi atau buku referensi.

Ketika kita sudah mengetahui apa yang harus kita siapkan, mulailah dengan menulis dari sebuah gambar obyek, misalnya menulis tentang pepaya yang saat itu sebelum memulai peatihan ini kita diminta untuk menulis tentang pepaya, terlihat sederhana, namun ketika dituangkan dalam menulis ada hambatannya biasanya ide untuk memulai dari apa ya...nah,beberapa hari lalu yang menulis tentang pepaya dari pengalaman saya tentang buah pepaya, setelah dicoba ternyata enak juga ya.. menulis, saya sangat menikmati tulisan sederhana, walau saya belum tahu kesalahan saya dalam menulis. Intinya saya mencoba menuangkan apa yang ada dalam buah pepaya. Saya tak memikirkan kesempurnaan atau idealisme dalam sebuah tulisan yang bagus, inilah kunci saya mau menulis abaikan yang menjadi kerangka berfikir saya mentok. Belum terbayang kalau saya akan menjadi penukis handal, belum membayangkan, saya sedang mengubur idealisme sebuah tulisan dan disinilah saya berlatih sabar. Berharap jika tulisan saya sudah menjadi ladang amal saya, nggk terbayang deh..pasti akan menemukan nikmat yang terhingga” Nikmat mana lagi yang saya abaikan”

Namun terkadang ketika sudah mengabaikan idealisme, tetap muncul di kepala seandainya tulisan saya di kebiri, tak disukai gimana ya?? Lagi-lagi saya harus berbenah diri untuk sabar. Tapi, tak ada salahnya kalau saya mencoba untuk bermimpi suatu saat nanti saya dapat menulis yang tulisan saya jadi best seller, mungkin nggk yaaa???! Sangat mungkin jika saya mau berusaha.

Menulis itu pada hakikatnya, melampiaskan hasrat dan gairah, yang bergejolak didalam jiwa. Ketika hal itu sudah bisa dituangkan maka sama halnya dengan pelepasan hasrat dan gairah. Namun hasrat dan gairah tersebut bisa dikatakan passion, ketika apa yang dituliskan sesuai dengan selera dan keinginan hati. Itulah sebuah kenikmatan yang tiada tara, dan tidak semua orang bisa merasakan hal seperti itu.

Masing-masing penulis memang memiliki minat yang berbeda dalam hal memilih genre tulisannya, namun memang tak semua kita tau dimana ciri khas kita dalam menulis, tentu hal ini dapat ditemui saat kita terus menulis dan dibimbing mentor seperti yang dikatakan Ibu Sri, malam ini. Penulis sendiri pada awalnya lebih cenderung memilih untuk menulis apa saja yang bersifat umum. Saya sendiri belum berani untuk mengatakan ini sebagai “passion”, tapi sejauh ini topik pembahasan yang ada di sekitar. Ada yang menyarankan, sebaiknya menulis tentang hal-hal yang lebih mudah untuk dituliskan, dimana saat menuliskannya hati menjadi senang, karena apa yang dituliskan sangat difahami, sehingga bisa dituliskan dengan mengalir. Saya sedang mencoba untuk menulis apa yang dirasa dan difahami, karena memang apa yang dituliskan haruslah difahamiterlebih dahulu, bagaimana mungkin bisa memahami kalau kita sendiri tidak menyukai apa yang sedang dituliskan.

Tidak bermaksud ingin memilih spesialisasi dalam menulis sebenarnya, tapi lebih kepada memilih cara gampang untuk menulis. Menulis menjadi gampang ketika kita menguasai topik dan tema yang saya tulis. Kadang saya melihat ada seseorang penulis begitu piawai menulis sesuatu tema baik bersifat filsafat, hiburan, menulis resensi tentang film yang dilihat. Tidak semua penulis punya kemampuan untuk menuliskannya, jika tak menekuni, dan mau secara serius mengulasnya dengan kelengkapan pengetahuan yang dimiliki. Itulah kenapa saya katakan, bagaimana mengubah keinginan menulis menjadi sebuah passion, sepertinya sangat menyenangkan, juga membahagiakan. Bisa jadi ini salah satu cara untuk mencari dan saya bisa menemukan passion saya melalui menulis dapat membahagiakan diri sendiri.

Bagi yang bisa memahami betapa bahagianya keinginan menulis dapat terwujud perlahan-lahan lewat proses disiplin dalam menulis, kembali membuat perintah dalam diri kita “ Berapa banyak kita dapat membaca buku hari ini?, membahagiakan diri sendiri bisa dilakukan dengan car yang sangat sederhana, salah satunya adalah menulis sesuai degan passion yang kita miliki. Lakukan apa yang harus dilakukan, tulislah apa yang ada dalam pikiranmu, tuangkan dalam tulisan..dan temukan passion kita. Semangat!!!


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Writer's Block?

POHON IMPIAN

Buku Mahkota Menulis, Buku Muara Tulisan