Pengalaman Penghargaan Buku Dari Perpusnas
Resum ke-28
Malam
keduapuluh delapan saya lewat membuat resume, bukan ingin menanggalkan
kewajiban, namun fisik ini tak bisa diajak kompromo padahal saya menyimak sejak
awal hingga akhir namun jemari ini tak dapat menapak pada kotak ajaib. Begini rasanya
jika letupan jemari tak dapat menyentuh benda ajaib.
Karena
menulis sudah menjadi komitmen diri untuk menulis dan menulis...karenanya untuk
menjadikan passion ini harus hadir jiwa dan fikir kelas ini bagian dari nutrisi
akal agar apa yang saya lihat di WAG, didengar lewat rekaman WAG menjadi suatu
habit yang harus dijaga dan dilindungi dari virus yang paling sulit untuk
dihilangkan dari jiwa ini yaitu virus MALAS.
Hari
ke-28 mendapatkan motivasi dari seorang Ibu yang hebat telah mendapatkan
penghargaan dari perpustakaan nasional, mantap. Selamat ya ibu yang sudah lulus
tantangan prof Eko dan menulis buku terbaik. Anugerah yang Allah berikan luar
biasa, karena saya tak sanggup untuk bisa komitmen dalam tantangan tersebut.
Angkatan berikutnya jika ada kesempatan saya ingin menjawab tantangan tersebut,
bismillah...
Menulis
yang baik adalah menjaga mutu dalam tulisan lewat 5W + 1H. Buku menjadi bermutu
jika isinya bagus. Dalam buku Bu Mudafiatun
adalah kehadiran yang baru, kehadiran yang sesaat. Sosial present merupakan
pokok dari sebuah menulis yaitu konten yang kekinian. Dari mana sosial present
di dapat yaitu dari pencarian yang terus diupdate.
Kita
harus keluar dari outoff the box, keluar dari zona nyaman, agar kita bisa
mengembangkan apa yang bisa dikembangkan.
Seorang
juara senantiasa berfikir, bagaimana bisa menuangkan, mengembangkan, dan
menjadikan sebuah karya yaitu dengan mengembangkan kalimat dari 5W + 1 H,
setiap hari. Butuh perjuangan untuk menuangkan fikiran ke dalam goresan pena
yang menghasilkan sebuah karya dengan kata kunci tersebut. Perjuangan paling
besar adalah menumbangkan rasa malas dan menunda sebuah goresan kata untuk
menjadi kalimat yang berlembar-lembar.
Strategi
Bu Iis dalam menjalankan tantangan dalam 7 hari yaitu dengan melakukan :
1. Menggunakan waktu 3 detik
untuk menuangkan ide, karena selebihnya akan bias.
2. Hari pertama, menemukan konsep
bimbingan online jarak jauh. Bu Iis mengembangkan kalimat dari 5W+1h dari
kata “Bimbingan Online”
3. Hari kedua, E-learning. Komunikasi
lewat dunia maya. Untuk mengembangka kalimat komunikasi dilakukan sama dengan
kata kunci 5W+1H.
4. Hari ketiga, dibutuhkan Media,
yaitu alat untuk mengembangkan E-learning. Lewat pengembangan media yang banyak digunakan. Dalam
hal ini beliau menggunaka website untuk
5. Hari keempat, bagaimana meningkatakan
minat belajar saat jarak jauh, E-learning.
6. Hari kelima, menuangkan teori-teori
pada sosial present. Semua hal yang terkait dengan sosial present dituangkan
untuk mencapai tujuan yang ingin disampaikan.
7. Hari ketujuh, penyempurnaan
semua yang dilakukan 6 hari kemarin. Membuat pengembangan catata-catatan dan
penyempurnaan tersebut.
Secara
umum kurun waktu penyelesaian buku kualitas beliau yaitu dengan menjaga
konsisten dan komitmen dengan target. Setiap penulis selalu menemui tantangan,
yang menjadi tantangan terberat beliau adalah waktu. Mengatur waktu dengan sistem yang teratur, terarah dan tetap
mengevaluasi.
Pada
kata “wal-Asr”memiliki makna demi masa,
yaitu mengatur segala aktifitas yang teratur dan mengimbangi dengan
aktifitas yang ada, bahkan dalam beribadah adalah waktu yang harus dijaga,
ibadah tepat waktu, ibadah sunah dilaksanakan, dan segala hal yang positif
dijalankan. Membuang kata-kata negatif, menjadikan kata negatif menjadi positif,
meminimalis kata penolakan, meminimalis kata hambatan, dan semua itu justru
dijadikan motivator pengembangan diri. Mantap.
Kembali
kepada Allah SWT, dalam segala aktivitas. Gunakan waktu seefektif mungkin,
buang kata negatif, kedepankan energi positif, terus berikhtiar untuk terus
mencapai tujuan. Jangan hanya menunggu waktu yang tepat karena itu bukanlah hal
yang utama.
Ok...
BalasHapus